Tambang Uranium pun Jadi Obyek Wisata
Jakata (ANTARA News) - Sekitar 40 pelajar SMP serta beberapa orang dewasa, tampak dengan teratur mengantri naik sebuah bus yang diparkir di sebuah taman di kota Swakopmund, Namibia.
Dari taman asri di kota yang berada di pantai Samudera Atlantik itu, mereka akan berwisata ke Rossing Uranium di Arandis, sekitar 70km di utara Swakompmund.
Rossing Uranium bukanlah sebuah tempat wisata pada umumnya yang menawarkan keindahan alam seperti pantai yang indah atau wilayah gunung yang hijau.
Tapi sesuai dengan namanya, Rossing Uranium adalah lokasi penambangan uranium, bahan baku untuk reaktor nuklir dan berada di tengah-tengah padang pasir.
Bagi sebagian orang, barangkali sebuah hal yang aneh jika sebuah lokasi pertandingan uranium justru dijadikan sebagai tujuan wisata disaat orang lain berusaha menghindar karena trauma masa lalu.
Dunia belum lupa ketika pada 26 April 1986 lalu sebuah reaktor meledak dan mengontaminasi Ukraina, Rusia, dan Belarusia yang ketika itu masih negara bagian Uni Soviet.
Setidaknya 2,3 juta warga Ukraina menderita akibat bencana itu dan sekitar sekitar 4.400 anak-anak dan orang dewasa harus menjalani operasi kanker "tiroid" yang diakibatkan oleh radiasi yang mengerikan itu.
Oleh pemerintah kota Swakopmund, Rossing Uranium justru bisa dikemas sedemikian rupa menjadi salah satu atraksi wisata yang menarik.
Pengunjung pun mendapat ilmu pengetahuan yang lebih lengkap dan langsung dari lokasi, bagaimana uranium tersebut diolah menjadi energi nuklir yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Saat mengunjungi Rossing Uranium beberapa waktu lalu, ANTARA seolah-olah sedang berada di pinggir Ngarai Sianok di Bukitttinggi, Sumatera Barat.
Bedanya, Ngarai Sianok terbentuk oleh proses alam, sementara ngarai Rossing Uranium terbentuk akibat penambangan dengan menggunakan bahan peledak dan serpihan puing diangkat dengan alat berat.
Meski buatan manusia, Rossing Uranium jauh lebih dalam dibanding Ngarai Sianok, yaitu sedalam 330 meter, cukup untuk menenggelamkan Menara Eiffel (312 meter). Dengan panjang 3,5km dan lebar 1,5km, Rossing Uranium tercatat sebagai lokasi tambang terdalam di muka bumi.
Manajemen Rossing Uranium memang mengelola objek pariwisata tersebut dengan serius karena pengunjung tidak hanya diajak berkeliling melihat mesin-mesin berukuran raksasa sedang mengeruk perut bumi, tapi juga memberikan ilmu pengetahuan.
Di sebuah bangunan di komplek tambang tersebut, terdapat ruang khusus seperti gedung bioskop untuk memutar film yang menerangkan proses produksi uranium, dari bahan mentah sampai pengiriman ke negara yang membutuhkan.
Sepanjang tur yang berlangsung selama dua jam tersebut, seorang pemandu wanita dengan lancar menjelaskan kepada pengunjung yang mayoritas remaja tersebut, bahwa proses pengolahan uranium dilakukan secara teliti dan mengedepankan keselamatan lingkungan.
Keselamatan bagi lingkungan masyarakat di sekitar lokasi tambang tidak menjadi masalah karena lokasi penambangan yang berada jauh dari pemukiman.
Dengan wilayah lebih luas dari Pulau Kalimantan, sementara jumlah penduduk hanya sekitar dua juta jiwa, Namibia seperti sebuah daratan yang nyaris kosong. Pemerintah Namibia sama sekali tidak akan menghadapi masalah pelik jika terjadi sesuatu di lokasi pertambangan, seperti yang dialami Lumpur Lapindo di Jawa Timur.
Jual Gurun Pasir
Secara geografis, negara tersebut didominasi oleh hamparan padang pasir Namib yang luas membentang sejauh 1.600km di sepanjang garis pantai Samudera Atlantik dengan lebar bervariasi antara 30km sampai 160km. Nama Namibia diambil dari nama padang pasir yang juga meliputi sebagian wilayah negara Angola di utara.
Tapi keindahan padang pasir itulah yang menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung kesana. Pada sore hari, langit yang biru tanpa setitik awan pun, terlihat sangat kontras dengan warna keemasan padang pasir yang diterpa sinar matahari.
Tidak mengherankan jika Namibia juga disebut-sebut sebagai surga bagi para fotografer. Seorang fotografer amatir pun mampu menghasilkan foto-foto yang indah tanpa harus bersusah payah mencari "angle".
Padang pasir serta padang ilalang dengan bukit gersang, justru menjadi modal berharga yang begitu dijaga kebersihannya. Pemerintah pun merasa perlu mengingatkan masyarakatnya untuk menjaga alam mereka tersebut dengan papan pengumuman bertuliskan "Keep Our Desert Clean" (Jagalah Kebersihan Padang Pasir Kita).
Salah satu atraksi wisata padang pasir yang paling digemari turis asing adalah quadbiking, yaitu menjelajahi gurun pasir menggunakan sepeda motor beroda empat. Salah satunya terdapat diantara kota Swakopmund dan Walvis Bay di pantai Samudera Atlantik, sekitar 450km di barat ibukota Windhoek.
Bersama beberapa staf KBRI Windhoek, ANTARA sempat merasakan sensasi quadbiking. Sebelum memulai petualangan, seorang pemandu berkali kali mengingatkan agar seluruh peserta mengikutinya kalau tidak ingin tersesat.
Berada di puncak salah bukit di padang pasir tersebut seperti berada di dunia lain. Sejauh mata memandang, yang ada hanyalah lautan padang pasir tidak bertepi. Langit yang biru tanpa awan setitik pun, sangat kontras dengan warna bukit pasir yang berjenjang dan kemerahan diterpa sinar matahari sore.
Wajar bila pemandu tersebut selalu mengingatkan wisatawan agar untuk selalu mengikutinya karena kalau tersesat bisa berakibat fatal, ibarat berada di tengah lautan tanpa arah.
Asti Upiastirin Fereira, salah seorang staf KBRI Windhoek yang ikut petualangan tersebut, tidak bisa menolak keinginan segera turun dari sepeda motor untuk mengabadikan pemandangan yang tidak ditemukan di bagian dunia lain itu.
Sang pemandu, seorang pria berkulit hitam, akhirnya mengikuti keinginan Asti dan rekan-rekannya untuk berhenti di sebuah lekukan bukit pasir yang memberikan pemandangan indah, saat matahari mulai tenggelam.
Selain quadbiking, juga terdapat atraksi "sandboarding", yaitu menjelajahi gurun pasir dengan papan luncur, seperti meluncur diatas salju di pegunungan Alpen di Swiss.
Namibia tidak hanya menawarkan pemandangan gurun pasir yang eksotis. Negara yang baru memperoleh kemerdekaan dari Afrika Selatan pada 1990 itu memiliki banyak taman nasional, salah satunya Etosha National Park.
Di tempat inilah, para fotografer atau pengunjung biasa mendapatkan kesempatan untuk mengabadikan berbagai kehidupan liar seperti singa, gajah, babi, buaya, dan jerapah.
Toary Worang, Sekretaris I Bidang Ekonomi, Penerangan, Sosial dan Budaya (Ekpensosbud) KBRI Windhoek mengatakan bahwa bahwa sektor pariwisata adalah salah satu industri unggulan Namibia selain hasil tambang berlian, uranium dan emas.
Sepanjang 2009, Namibia telah dikunjungi sekitar 900 ribu wisatawan manca negara, yang berarti hampir separoh dari total jumlah penduduk.
Jenis wisata lain yang tidak kalah menarik, terutama bagi mereka yang suka mencicipi berbagai makanan adalah wisata kuliner. Windhoek, ibukota Namibia, oleh para penggemar wisata kuliner dijuluki "Swiss-nya Afrika" karena mempunyai banyak pilihan hidangan yang berasal dari kekayaan alam.
Restoran China atau restoran Italia adalah sebagian dari beberapa tempat bersantap yang menjadi pilihan warga kota tersebut.
"Sekarang, Namibia juga menghasilkan salah satu daging sapi dengan mutu terbaik di dunia yang diekspor ke Uni Eropa dan negara-negara Arab. Ternak dibiarkan lepas di padang luas, sehingga dagingnya bebas hormon," kata Toary yang berharap pengusaha Indonesia juga bisa mendatangkan daging dari Namibia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar